Sunday 24 November 2013

Legenda Kawah Putih Bandung (Tulisan Ke-8)

Diposkan oleh C. Sheilla di 17:09
Kawah Putih Bandung terletak di Gunung Patuha, dianggap oleh masyarakat Ciwidey sebagai gunung tertua. Konon katanya nama Patuha berasal dari kota Pak Tua (Sepuh), sehingga masyarakat setempat menyebutnya dengan nama Gunung Sepuh. Menurut masyarakat setempat, puncak Gunung Patuha dianggap angker sehingga tidak ada seorang pun yang berani menginjaknya. Oleh karena itu, tidak ada yang mengetahui keberadaan dan keindahannya pada saat itu.

Gunung Patuha sempat menetus pada abad ke-10 sehingga menyebabkan adanya kawah yang mengeringkann di sebelah puncak bagian barat. Kemudian pada abad ke-12 kawah di sebelah kirinya meletus pula, yang kemudian membentuk danau yang sangat indah.

Pada tahun 1837, seorang Belanda keturunan Jerman bernama Dr. Franz Wilhelm Junghuhn (1809-1864) mengadakan perjalanan ke daerah Bandung Selatan (Ciwidey). Saat ia, berada di kawasan tersebut ia merasakan suasana yang tenang dan sunyi, tak ada seekor binatang pun yang melintasi daerah tersebut.

Disinilah awal mula berdirinya pabrik belerang Kawah Putih di jaman Belanda disebut dengan Zwavel Ontgining Kawah Putih. Dan kemudian dilanjutkan di jaman Jepang dengan sebutan Kawah Putih kenzanka Yokoya Ciwidey berada di bawah pengawasan militer.

Cerita dan misteri tentang Kawah Putih terus berkembang dari generasi ke generasi. Hingga kini mereka masih percaya bahwa Kawah Putih nerupakan tempat berkumpulnya roh para leluhur. Bahkan menurut kuncen Abad Karna yang sekarang berumur ± 105 tahun dan bertempat tinggal di Kampung Pasir Hoe, Desa Sugih Mukti; di Kawah Putih terdapat makam para leluhur, diantaranya: Eyang Jaga Satru, Eyang Rangsa Sadana, Eyang Camat, Eyang Ngabai, Eyang Barakbak, Eyang Baskom, dan Eyang Jambrong. Salah satu puncak Gunung Patuha, Puncak Kapuk, dipercayai sebagai tempat rapat para leluhur yang di pimpin oleh Eyang Jaga Satru. Di tempat ini masyarakat sesekali melihat (secara gaib) sekumpulan domba putih (domba lukutan) yang di percaya sebagai penjelmaan dari para leluhur.

Dikutip dari Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten dengan sedikit peubahan.


0 komentar:

Post a Comment

Sunday 24 November 2013

Legenda Kawah Putih Bandung (Tulisan Ke-8)

Kawah Putih Bandung terletak di Gunung Patuha, dianggap oleh masyarakat Ciwidey sebagai gunung tertua. Konon katanya nama Patuha berasal dari kota Pak Tua (Sepuh), sehingga masyarakat setempat menyebutnya dengan nama Gunung Sepuh. Menurut masyarakat setempat, puncak Gunung Patuha dianggap angker sehingga tidak ada seorang pun yang berani menginjaknya. Oleh karena itu, tidak ada yang mengetahui keberadaan dan keindahannya pada saat itu.

Gunung Patuha sempat menetus pada abad ke-10 sehingga menyebabkan adanya kawah yang mengeringkann di sebelah puncak bagian barat. Kemudian pada abad ke-12 kawah di sebelah kirinya meletus pula, yang kemudian membentuk danau yang sangat indah.

Pada tahun 1837, seorang Belanda keturunan Jerman bernama Dr. Franz Wilhelm Junghuhn (1809-1864) mengadakan perjalanan ke daerah Bandung Selatan (Ciwidey). Saat ia, berada di kawasan tersebut ia merasakan suasana yang tenang dan sunyi, tak ada seekor binatang pun yang melintasi daerah tersebut.

Disinilah awal mula berdirinya pabrik belerang Kawah Putih di jaman Belanda disebut dengan Zwavel Ontgining Kawah Putih. Dan kemudian dilanjutkan di jaman Jepang dengan sebutan Kawah Putih kenzanka Yokoya Ciwidey berada di bawah pengawasan militer.

Cerita dan misteri tentang Kawah Putih terus berkembang dari generasi ke generasi. Hingga kini mereka masih percaya bahwa Kawah Putih nerupakan tempat berkumpulnya roh para leluhur. Bahkan menurut kuncen Abad Karna yang sekarang berumur ± 105 tahun dan bertempat tinggal di Kampung Pasir Hoe, Desa Sugih Mukti; di Kawah Putih terdapat makam para leluhur, diantaranya: Eyang Jaga Satru, Eyang Rangsa Sadana, Eyang Camat, Eyang Ngabai, Eyang Barakbak, Eyang Baskom, dan Eyang Jambrong. Salah satu puncak Gunung Patuha, Puncak Kapuk, dipercayai sebagai tempat rapat para leluhur yang di pimpin oleh Eyang Jaga Satru. Di tempat ini masyarakat sesekali melihat (secara gaib) sekumpulan domba putih (domba lukutan) yang di percaya sebagai penjelmaan dari para leluhur.

Dikutip dari Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten dengan sedikit peubahan.


No comments:

Post a Comment

 

Kumpulan Tugas Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review